14 Oktober, 2008

Lebih Bijak Memandang Kaum Militan

Pagi hari ini tanggal 14 Oktober 2008 saya membaca sebuah surat kabar tentang tuntutan 2 tahun penjara terhadap Habib Rizieq Syihab dari FPI dan Munarman, keduanya mendapat tuduhan yang sama yaitu melakukan tindak kekerasan terhadap orang atau barang tentunya ini bukan ia lakukan sendiri karena keduanya merupakan tokoh dari sebuah organisasi Keagamaan sehingga dia harus bertanggung jawab dengan yang dilakukan anggotanya.

Kekerasan yang di timbulkan oleh organisasi keagamaan pada dasarnya merupakan ekspresi kekecewaan dari berlarut-larutnya pengambilan keputusan dari pihak tertentu,dalam hal ini Pemerintah sebagai pihak yang memiliki wewenang penuh dalam mengambil keputusan atau menindak tegas sebuah kesalahan atau penyimpangan dalam hal tertentu, di sisi lain Pemerintah sebagai pengayom semua lapisan masyarakat dan golongan harus bertindak hati-hati dalam setiap langkah yang akan dilakukan sehingga membutuhkan waktu yang tepat sekaligus mencari kompromi atau jalan tengah atas solusi dari kelompok-kelompok yang bertentangan, akibatnya ada sebagian dari Ormas KeAgamaan yang kurang sabar menunggu keputusan yang pada akhirnya mengambil jalan pintas dengan caranya sendiri.

Menanggapi kasus yang menimpa Habib Rizieq dan Munarman sebenarnya tidak lepas dari beberapa tarik ulur berbagai kepentingan sehingga kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya terhadap mereka berdua, kejadian ini diawali dari kasus Ahmadiyah yang memang telah dilarang, karena ajarannya dianggap tidak lagi murni ajaran Islam, sehingga kedua kelompok organisasi keagamaan tersebut tidak akan bereaksi begitu frontal ketika Ahmadiyah berdiri sendiri diluar Islam. Bukankah dalam Ajaran Islam jelas sumbernya yaitu Al Qur’an dan Sunnah Nabi sehingga apapun bentuk organisasi keAgamaan yang bernaung di bawah Islam ketika tidak Menggunakan 2 sumber tersebut sebagai dasar pijakan dalam menjalankan aktifitas keAgamaan maupun Ibadah sosialnya tentu saja mereka tidak berhak lagi menggunakan Label Islam, dan ini berlaku untuk semuanya bukan hanya Ahmadiyah.

Untuk Beberapa kelompok yang selama ini berjuang dengan gigihnya membela kepentingan ajaran tertentu atas nama kebebasan beragama dan hak asasi manusia marilah kita mencoba bertanya kepada nurani kita masing-masing sebenarnya benarkah yang dilakukannya itu benar-benar ingin membela hak asasi dan kebebasan atau ada agenda-agenda tertentu yang didanai kekuatan asing untuk memperkeruh suasana serta mengadu domba sehingga terkesan kerukunan Umat beragama yang telah terjalin kuat di Bumi pertiwi ini menjadi rusak, yang tahu hanyalah nurani mereka sendiri.

Sebagai warga Negara yang baik dan sebagai Muslim mari kita bersama-sama Menegakkan Ajaran Agama yang kita Peluk menurut kemampuan yang kita miliki, menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar dalam Ajaran Islam bukanlah merupakan tugas Pemerintah atau organisasi sosial Keagamaan tertentu tapi merupakan kewajiban setiap individu Muslim tentunya sesuai Kemampuan yang kita miliki.


10 komentar:

  1. wah, dilematis banget, pak sholeh. jujur saja, saya juga kurang setuju dng sikap kekerasan yang ditunjukkan oleh kelompok yang mengatasnamakan islam dalam mengekkan amar ma;ruf nahi munkar, karena jelas islam itu rahmatn lil'alamin. letaknya di mana itu kalau ke mana2 berteriak "allahuakbar" sambil membawa pedang. kan mesti ada cara lain yang lebih santun dan manusiawi. di sisi lain, saya juga kurang setuju dng sikap kelompom tertentu yang demikian masif memperjuangkan kebebasan dalam rangka penegakan hak asasi secara vulgar. semuanya bisa dilakukan lewat dialog dan lobi2 lintaskelompok.

    BalasHapus
  2. Iya mas sawali, saya juga risi kalo liat gituan. Orang paling kasihan itu adalah orang yg salah tapi merasa benar :D

    BalasHapus
  3. salam kenal dulu
    kalo saya dengan sudut pandang saya tak akan menyalahkan kegiatan yang anarkis kepada salah satu orang apalagi seperti Habib dkk tapi kita memang harus menyeruak penyebab dari kejadian tersebut bentuk kekerasan seperti yang dilakukan temen FPI memang bukan solusi yang baik tapi di tengah ketidakpastian dan tidak tegasnya pengambil kebijakan mungkin salah satu penyebab dan pemicunya hal itu terjadi ,sebenarnya sangat di sayangkan cara dengan mengkafirkan golongan tertentu sedang dia sendiri tata syariatnya belum tentu benar jadi ya dilematis sekali sebenarnya masih banyak cara lain ....sedang nabi sendiri tak pernah mengambil jalan kekerasan sebagai yang utama selama masih ada jalan yang lain ......halah kepanjangan ya mas.....salam kenal dan salam hormat saya dan terima kasih sekali

    BalasHapus
  4. Pendapat saya (yang mungkinkeliru), tindakan Habib dkk memang harus diakhiri, karena kalau semua orang seperti beliau tentunya negara akan runyam, TETAPI, aparat negara yang seharusnya sebagai penjaga, pengayom dan pengatur kehidupan bernegara harus lebih tegas dalam menindak setiap warganya yang berbuat menyimpang aturan perundangan baik agama maupun agama, sehingga Habib dkk tidak perlu bertindak.

    BalasHapus
  5. Organisasi tidak bisa dibubarkan seperti di jaman orba. Sama halnya dengan dengan GAM di Aceh, ini teramanatkan sesuai dengan tuntutan refomasi 1998, dan pemerintahan hasil reformasi harus berlandaskan hal itu. Kemudian secara hukum pemerintah tidak berhak mencampuri hal yang sudah masuk ke dalam domain agama, maka keluarlah SKB (Surat Keputusan Bersama) yg sebenarnya tidak memiliki kekuatan hukum, karena memang pemerintah tidak memiliki wewenang dan otoritas untuk mengadili suatu keyakinan atau agama. Jika dikaitkan dengan keabsahan secara hukum, justru Ahmadiyah adalah organisasi yang memiliki dasar hukum, sedangkan FPI berdiri sampai sekarang tidak memiliki dasar secara hukum.

    Saya sependapat, sebenarnya FPI itu hanyalah pasukan pion yang dimanfaatkaan, maka masalah menjadi bergesar kepermasalahan pada: Ahmadiyah ataukah FPI yang jadi kambing hitam?

    BalasHapus
  6. Sebenarnya tujuan mereka benar, tapi caranya yang salah, yaitu dengan tindak kekerasan.

    BalasHapus
  7. Khusus utk Ahmadiyah ini saya kira memang kompleks dan sudah 'terakumulasi' (oleh waktu dan kasus lain), shg lebih dilematis dan problematis. Sudah puluhan tahun Ahmadiyah ada di tengah2 masyarakat Indonesia, mengapa ormas Islam 'radikal' (militan?) macam FPI yg justru seperti mengangkat hal Ahmadiyah itu lagi shg menjadi 'panas'. Kalaupun Pemerintah salah, kesalahan itu sudah berlangsung ber-puluh2 tahun; shg rasanya sulit sesuatu yg sudah 'terlanjur' dibiarkan di era ketertutupan dulu, kini di era kebebasan justru sengaja akan dikekang atau bahkan dibubarkan. FPI menawarkan sebuah 'paradigma' yg cukup anakronis. Cukup wajar bila yg ia teriak2kan tidak laku. ...Bukannya saya setuju Ahmadiyah dan tidak setuju FPI. Ahmadiyah ini sudah berpuluh tahun. Sosialisasi isi SKB serta dakwah yg lebih baik perlu dilakukan oleh ormas2 besar Islam dgn lebih serius.
    Saya malah lebih setuju kalau FPI merazia tempat2 maksiat saja, sbg upaya pressure ke aparat kepolisian dlm pebegakan 'law enforcement'. Tapi utk soal Ahmadiyah ataupun aliran2 lain-nya baik masih di dlm Islam ataupun di luarnya; FPI perlu lebih intelek-persuasif. Penganut paham yg sudah berlangsung ber-tahun2 tentu tidak dapat diluruskan dengan dipukuli. Justru yg main pukul itulah yg konyol. :)

    BalasHapus
  8. Apapun tindakan kita (umat muslim) jangan sampai memberi celah pada kaum nasrani untuk mencari2 alasan menjelek2kan kita... Saatnya satukan barisan rapatkan Syaf....

    BalasHapus
  9. Saya belon bisa bijak, apalagi pada militan...
    Militer?... Soyo2...

    BalasHapus
  10. Kaum Militan kayaknya ndak bijak juga...

    BalasHapus