12 September, 2008

Nama Beken Bukan Jaminan

Ramai-ramai beberapa selebritis kita mencalonkan diri menjadi pemimpin daerah dalam pilkada belakangan ini, di satu sisi mencerminkan proses demokrasi di Negeri ini semakin baik karena setiap warga Negara memiliki hak yang sama untuk memilih dan di pilih, disisi lain menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian politikus kita yang merasa akan tergusur wilayah yang selama ini telah menjadi tempat mereka menggantungkan harapannya karena mereka menganggap bahwa para selebritis tersebut sudah tidak asing lagi di mata pemilih/ Rakyat, rasanya politikus yang mempunyai pandangan demikian boleh sedikit berlega hati.

Seperti diberitakan kompas tanggal 12 September 2008 Orang-orang Ngetop atau terkenal di Tanah Air ternyata belum cukup untuk mengantarkan mereka meraih jabatan kepala daerah. Paling tidak, itulah yang dirasakan presenter dan raja kuis Helmi Yahya serta pedangdut Saipul Jamil. Sebelumnya pelawak yang juga anggota DPR dari Partai Demokrat, Komar, gagal di Pilkada Indramayu. Demikian pula dengan mantan pemain film Marissa Haque yang gagal menjadi wakil gubernur Banten.

Kekalahan Helmi dan Saipul ini menunjukkan bahwa pemilih bukan cuma memilih figur terkenal yang gampang diingat. Nama Saipul Jamil memang dielu-elukan ketika disebut petugas penghitungan suara di TPS, tapi hasilnya kalah telak. Helmi Yahya memang bukan sembarang selebritis sebab dia memiliki latar belakang pendidikan yang sangat baik, tetapi itu belum cukup.
Setelah Helmi dan Saipul, masih ada lagi selebritis yang bertarung di pilkada. Mereka adalah bintang sinetron Primus Yustisio di Kabupaten Subang, bintang sinetron Dicky Chandra di Garut, dan pedangdut Ayu Soraya di Tegal.

Semakin Cerdas rakyat dalam memilih pemimpin sehingga prediksi para politikus kita ternyata tidak selamanya benar, disamping cukup dikenal masyrakat luas tentu saja kredibilitas sang Tokoh sangat mempengaruhi masyarakat dalam memilih, yang tak kalah penting adalah pasangan sang tokoh kalaupun selebritis tersebut termasuk orang yang kredibilitasnya tidak di ragukan lagi akan tetapi pasangannya termasuk orang yang tidak disukai rakyat sama saja, karena pada dasarnya mereka adalah satu paket.

Bagaimana dengan beberapa partai yang latah calegnya banyak memajang para selebritis kita, mampukah mereka mengeruk suara dalam pemilihan yang akan datang, semuanya tergantung pilihan masyarakat dengan semakin dewasanya rakyat dalam berdemokrasi maka hanya pemimpin yang berkualitas lah nantinya yang akan memimpin Negeri ini, semoga.

7 komentar:

  1. Yang lebih tidak cerdas lagi adalah yg memilih calon dari Pemimpin Sebelumnya. Sudah tau dalam kepemimpinan sebelumnya sarat politik uang dan miskin prestasi kok bisa kepilih lagi. Kalau nama beken yang gagal itu gagal bukan karena nama bekennya tapi ketoke gagal oleh kekuatan status quo yang menang start. Sebagian besar kepemimpinan periode kedua cuman buat ngembalikan modal...

    BalasHapus
  2. Memang duanya sudah beda. Dunia selebriti dengan dunia politik nggak sama.

    BalasHapus
  3. nama beken memang bukan jaminan, masak kalo bekennya itu misalnya karena goyang ngebor, lha gimana? masak ya inul juga mau njago gubernur?
    kalo bekennya itu karena banyak dicekal karena terlalu hot buka2? apa ya dewi persik mau jadi bupati?
    :D

    BalasHapus
  4. setuju mas, sudah saatnya masyarakat kita didewasakan, bahwa public figure bukanlah suatu jaminan..

    BalasHapus
  5. ini semua adalah pembeljaran politik. bahwa nama yang sudah dikenal adalah bukan jaminan..

    BalasHapus
  6. artis blm tentu mempunyai pengetahuan politik yang mencukupi. maka dari itu mereka harus tau diri

    BalasHapus
  7. Salam
    tak dipungkiri kok merek mengandalkan popularitas, nanti klo kepilih bisa saja cuma membeo pada politisi yang merka tempelin, duh sayang sekali ya

    BalasHapus